Macam Macam Cooling Tower

Make up water, air fresh yang digunakan atau ditambahkan untuk menggantikan jumlah air yang hilang akibat penguapan.Evaporation, merupakan proses penukar panas. Hal ini menyebabkan sejumlah air cooling tower akan berkurang akibat adanya penguapan.Windage, air yang hilang akibat cipratan atau tumpahan.Bleedoff, air cooling yang sengaja dibuang untuk mempertahankan konsentrasi mineral (pemekatan) pada cooling water system.Basin, bak penampungan pada cooling tower, berfungsi menampung air cooling yang siap disupply ke system atau heat exchanger.

tipe cooling tower

Berdasarkan arah udara maka dibagi menjadi counter flow (air ke bawah, dan udara dihisap ke atas), dan cross flow (air ke bawah dan udara dari samping).Jika berdasarkan prinsip kerjanya, terdiri dari beberapa tipe yaitu ; open recirculation system, close recirculation/ close loop, once through system dan open chilled water system.Beberapa hal yang perlu dihindari adalah adanya tendensi karat, kerak dan bioaccumulation akibat terjadi aktifitas bakteri/lumut pada sistem.

1.Karat/ korosi, dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti pH air yang rendah, konsentrasi ion agresif yang tiinggi misal ion klorida. Dosis kaporit yang tinggi pada air cooling.

2.Kerak, dapat disebabkan oleh tingginya Alkalinity, lalu oleh ion Kalsium yang bereaksi dengan Carbonate/ Bicarbonate pada temperatur tinggi (pada HE), terkumpulnya lumpur/lumut dll pada HE atau jalur pipa dengan laju alir yang rendah.

3.Terjadi lumut atau tingginya kandungan bakteri pada air cooling.

Tujuan pengolahan air menggunakan bahan kimia pada cooling tower adalah untuk efisiensi penggunaan air, sehingga air pendingin dapat digunakan/ disirkulasi berulangkali pada standard konsentrasi tertentu.

Selain efisiensi energi, penambahan bahan kimia agar sistem pendingin dapat bertahan cukup lama dan terhindar dari masalah korosi, kerak ataupun lumut.

Beberapa tipe bahan kimia yang digunakan adalah:

1.Anti kerak dan anti korosi, dengan prinsip melapisi permukaan logam oleh senyawa kimia (Phosponates dan polymer)

2.Bio dispersant untuk mencegah melekatnya partikel pengotor atau lumpur pada permukaan pipa, dengan bahan dasar polymer ataupun surfactant.

3.Anti lumut , atau biosida (biocides), terdiri dari aksidator seperti kaporit ataupun non oksidator berbahan dasar golongan Aldehid.

Untuk menjaga kualitas air cooling, perlu dilakukan analisa rutin terhadap air make up dan cooling tower seperti pH, Conductivity, Alkalinity, Hardness, Klorida, Silica, Besi, Phospate (anti kerak), kekeruhan dan klorin (biosida). Selain beberapa parameter di atas, perlu dilakukan kontrol laju korosi menggunakan plat (corrosion inhibitor) yang telah diketahui berat nya, dan juga perlu dikontrol secara rutin jumlah bakteri pada air cooling tower menggunakan “easy cult”  ataupun metode bacterial count lainnya.

Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam Bryophytina.(dari bahasa Yunani bryum, “lumut”).

Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: “serupa akar”). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah “lumut” dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia[1]. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki “taman lumut” yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia.

Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam Bryophytina.(dari bahasa Yunani bryum, “lumut”).

Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: “serupa akar”). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah “lumut” dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki “taman lumut” yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia.

Open chat
Perlu bantuan?
Ada yang bisa kami bantu?